Selasa, 10 Februari 2015

DALAM DIAMKU

Sungguh aku hanya ingin segalanya berbatas mimpi,.. kadang aku terdiam, kadang akupun tak mampu kendalikan suaku,. Terasa kian mengeras bahkan mulai membatu,. Aku bingung, kadangpun aku tak mampu mengerti rasa dan ingin ku,. Segalanya seolah terbias dan mulai menepi pada jarak-jarak yang kian menjauh,.. duh,.. praduan itu,.. dibatas senja itu,.. diketinggian itu.... segalanya mulai tersibak dengan segala nuansa yang berbeda,. Awalnya ku tak mengenalmu, bahkan mungkin aku tak ingin mengenalmu sama sekali,. Namun, siapa sangka jika kan berakhir dengan rindu yang teramat,.. rindu akan hadirmu , tawamu, senyummu, bahkan aku sangat rindu dengan marahmu,. Kau tak sepandai itu untuk memarahi ku, hanya kadang suaramu terdengar lebih tinggi dari biasanya, tapi hal itu takkan berpengaruh bagi yang lainnya. Karena kau memang tak pandai jika dipaksa untuk marah, jiwamu terlampau lembut begitu jua dengan tuturmu,. Namun, aku mengerti kau mulai tak nyaman dengan sikap ku. – entah aku yang terlampau sensitif atau itulah faktanya – aku mampu menangkap marah dan kecewamu, hanya dengan mendengar nada suaramu yang mulai meninggi, atau sekedar mendengar tarikan nafasmu yang perlahan namun begitu dalam,. Entahlah, kadang aku merasa begitu bodoh,. Karena aku tak pernah bisa memberi sebuah makna yang nyata atau bahkan mengerti dengan hati ku sendiri. Pernah ada yang bilang padaku, “segalanya adil dan Cinta dan Pertempuran”, namun nyatanya aku tak pernah sanggup bersikap adil, bahkan pada hatiku,. Hems,.. logika dan hatiku kadang tak sejalan,. Jika aku harus bermain perasaan namun logikaku tak mengizinkan, maka yang akan keluar sebagai pemenangnya adalah logikaku,. Selalu mencari dan berusaha mendapatkan faktanya, bahkan telah ku ketahui tak segalanya dapat dibuktikan dengan fakta,. Namun tetap saja aku keras dan memburu fakta-fakta itu, fakta yang akan ku analisis terlebih dahulu hingga dapat ku simpulkan bahwa itu benar dan dapat dibuktikan,.. mungkin inilah kesalahanku, terlalu berusaha mencari sistematika dalam segala hal,. Padahal aku tahu bahkan mungkin aku sangat tahu, segala sesuatu yang berasal dari perasaan takkan pernah membutuhkan satu alasan pun,. Dan aku pun selalu gagal menghadirkan secuil alasan untuk mengungkapkan perasaan dalam jiwaku,. Tapi sayangnya, ternyata logika ku masih lebih kuat bermain, ketimbang perasaanku sendiri,.. aku tak pandai, mengungkap rasaku,. Mungkin sama dengan dirimu yang tak sepandai itu mengungkap marah dan kesalmu,.. dan akhirnya aku lebih memilih untuk diam,.. diam dalam rasaku, diam dalam rinduku, dan tetap diam dalam setiap do’a yang terlantun untukmu,.. aku masih akan tetap diam, dan berusaha untuk diam,. Hingga ku temukan satu fakta yang mengharuskan ku tuk mengungkap sua,.  Selasa, 10 februari 2015 (19:57)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar