Sungguh aku hanya ingin segalanya berbatas mimpi,.. kadang
aku terdiam, kadang akupun tak mampu kendalikan suaku,. Terasa kian mengeras
bahkan mulai membatu,. Aku bingung, kadangpun aku tak mampu mengerti rasa dan
ingin ku,. Segalanya seolah terbias dan mulai menepi pada jarak-jarak yang kian
menjauh,.. duh,.. praduan itu,.. dibatas senja itu,.. diketinggian itu....
segalanya mulai tersibak dengan segala nuansa yang berbeda,. Awalnya ku tak mengenalmu,
bahkan mungkin aku tak ingin mengenalmu sama sekali,. Namun, siapa sangka jika
kan berakhir dengan rindu yang teramat,.. rindu akan hadirmu , tawamu,
senyummu, bahkan aku sangat rindu dengan marahmu,. Kau tak sepandai itu untuk
memarahi ku, hanya kadang suaramu terdengar lebih tinggi dari biasanya, tapi
hal itu takkan berpengaruh bagi yang lainnya. Karena kau memang tak pandai jika
dipaksa untuk marah, jiwamu terlampau lembut begitu jua dengan tuturmu,. Namun,
aku mengerti kau mulai tak nyaman dengan sikap ku. – entah aku yang terlampau
sensitif atau itulah faktanya – aku mampu menangkap marah dan kecewamu, hanya
dengan mendengar nada suaramu yang mulai meninggi, atau sekedar mendengar
tarikan nafasmu yang perlahan namun begitu dalam,. Entahlah, kadang aku merasa
begitu bodoh,. Karena aku tak pernah bisa memberi sebuah makna yang nyata atau
bahkan mengerti dengan hati ku sendiri. Pernah ada yang bilang padaku, “segalanya
adil dan Cinta dan Pertempuran”, namun nyatanya aku tak pernah sanggup bersikap
adil, bahkan pada hatiku,. Hems,.. logika dan hatiku kadang tak sejalan,. Jika aku
harus bermain perasaan namun logikaku tak mengizinkan, maka yang akan keluar
sebagai pemenangnya adalah logikaku,. Selalu mencari dan berusaha mendapatkan
faktanya, bahkan telah ku ketahui tak segalanya dapat dibuktikan dengan fakta,.
Namun tetap saja aku keras dan memburu fakta-fakta itu, fakta yang akan ku
analisis terlebih dahulu hingga dapat ku simpulkan bahwa itu benar dan dapat
dibuktikan,.. mungkin inilah kesalahanku, terlalu berusaha mencari sistematika
dalam segala hal,. Padahal aku tahu bahkan mungkin aku sangat tahu, segala
sesuatu yang berasal dari perasaan takkan pernah membutuhkan satu alasan pun,. Dan
aku pun selalu gagal menghadirkan secuil alasan untuk mengungkapkan perasaan
dalam jiwaku,. Tapi sayangnya, ternyata logika ku masih lebih kuat bermain,
ketimbang perasaanku sendiri,.. aku tak pandai, mengungkap rasaku,. Mungkin sama
dengan dirimu yang tak sepandai itu mengungkap marah dan kesalmu,.. dan
akhirnya aku lebih memilih untuk diam,.. diam dalam rasaku, diam dalam rinduku,
dan tetap diam dalam setiap do’a yang terlantun untukmu,.. aku masih akan tetap
diam, dan berusaha untuk diam,. Hingga ku temukan satu fakta yang mengharuskan
ku tuk mengungkap sua,. Selasa, 10
februari 2015 (19:57)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar