Senyum kembali mengembang di wajah kedua gadis manis
ini, dan liqo’ pun kembali di lanjutkan. “baik shalihah, kita akan segera
sama-sama mendengar jawaban dari ukhti Dewi.” Suasana kembali hening, Dewi menarik
nafas cukup dalam dan menghembuskannya perlahan. “bismillahi… ana siap mbak.”
Jawab Dewi mantap, yang di sambut ucapan syukur semua peserta liqo’ tak
terkecuali dinda. Setelah mereka mengucapkan selamat untuk kedua kalinya, mbak
anna mengatakan “baik ukhti, kalau begitu kita segerakan proses ta’aruf anti.
Prosesinya akan di langsungkan di rumah ana. Kebetulan ikhwan ini adalah ikhwan
bimbingan suami mbak, jadi kita akan melangsungkannya dirumah ana, anti tidak
keberatan.?” Tanya mbak anna, meyakinkan. Dewi kembali terdiam, ternyata ikhwan
ini adalah ikhwan bimbingan suami mbak anna, ustadz fadhil. Pantas saja jika
mbak anna sangat yakin bahwa ikhwan ini tertarbiyah dengan baik. Dan hal ini
juga yang membuat dinda lebih tenang, karena yang dinda tahu Rayhan adalah
saudara sepupu mbak anna, bukan ikhwan bimbingan ustadz fadhil. “insyaAllah ana
siap mbak.” Jawab dewi. “Alhamdulillah, ana jadi bisa segera menyampaikan pada
suami mbak.” Ujar mbak anna lega, “loh bukannya tadi, ikhwan itu langsung
menghubungi mbak?” Tanya rahma ingin tahu. “tadi suami mbak yang nelphone kebetulan
beliau sedang bersama akh ardi, jadi ya mbak bisa langsung bicara dengan
beliau.” Jelas mbak anna. “kalau begitu, mbak akan menyiapkan segala
sesuatunya, kamis sore ba’da ashar mbak tunggu dirumah.” lanjut mbak anna.
“baik mbak,” jawab dewi. Sebenarya ia ingin meminta izin untuk mengajak dinda
ikut serta, namun diurungkan. Karena ia merasa tak enak hati, jika hanya
mengajak dinda di hadapan akhwat lainnya.
Setelah
mendapat hasil mufakat, liqo’ hari ini ditutup. Para akhwat beranjak mendahului
dinda dan dewi juga mbak anna, sebelum mereka berpisah dewi menyempatkan diri
ngobrol bertiga bersama mbak anna juga dinda. “afwan mbak, bisa ana bicara
sebentar.” Minta dewi. “na’am ukh.” Jawab mbak anna kembali keposisi duduknya.
“mbak menurut mbak dan anti ukh, apakah ana harus memberitahukan kepada
orangtua ana di desa mengenai hal ini, atau ana menunggu hingga proses ta’aruf
selesai di lakukan?” Tanya dewi pada mbak anna dan dinda. Sejenak mereka
terdiam tapi tak lama mbak anna memberi jawaban. “menurut mbak, lebih baik anti
memberitahu orangtua setelah proses ta’aruf selesai. Bukan bermaksud
mengesampingkan orangtua, bukan sama sekali. Tapi kita antisipasi hal-hal yang
tidak kita inginkan. Kalau-kalau ternyata anti merasa tidak cocok karena sesuatu
dan lain hal. Jadi orangtua anti tidak akan merasa kecewa atau lainnya.
Bagaimana menurut anti?” Tanya mbak anna kepada dinda. “ia ukh, ana rasa saran
mbak anna benar. Ana setuju dengan mbak.” Jawab dinda. “kalau begitu, bolehkah
ana mengajak dinda ikut serta dalam proses ta’aruf itu?” dinda terkejut
mendengar permintaan dewi, ia dan mbak anna saling memandang. “begini shalihah,
mbak paham dan sangat mengerti kedekatan kalian berdua. Tapi, bagaimana pun ana
harus mempertimbangkan perasaan akh ardi, meskipun ikhwan itu tampak cuek tapi
mereka akan merasa malu jika ternyata anti merasa tidak cocok dengannya dan itu
di ketahui oleh akhwat lainnya. Ana harap antunna mengerti akan hal ini.” Mbak
anna berusaha menjelaskan dengan sangat hati-hati. “iya, ukhti. Bukannya ana
gak mau nemenin anti. Tapi mbak anna bener, dan anti juga tau kan kamis besok
dari pagi sampai ba’da magrib ana ada di unesa ukh. Anti lupa ya?” jawab dinda,
berharap dewi tidak kecewa. “astagfirullah,.. kalau begitu ana yang tidak bisa
menepati janji sama anti ukh.” Sesal dewi.
Setelah perbincangan
yang cukup lama, akhirnya mereka sepakat bahwa dewi akan tetap melangsungkan
proses ta’aruf pada hari kamis ba’da ashar di rumah mbak anna. Dan dinda akan
tetap ke unesa tanpa di temani dewi, untuk mengikuti perlombaan tentang ekonomi
islam. Ya meskipun dinda jurusan manajemen tapi dinda juga aktiv dalam
organisasi “kajian ekonomi islam”, dan dinda bersama rekannya rian, dan seorang
lagi yang masih belum diketahui akan mewakili universitasnya dalam kegiatan
itu. Aneh memang tim yang hanya beranggotakan 3 orang ini, belum pernah
berkumpul sekalipun secara lengkap. Dinda hanya sesekali latihan dengan rian,
tapi dengan anggota tim satunya dinda sama sekali tak pernah bertemu bahkan
tahu namanya saja tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar