Jumat, 12 Desember 2014

sebuah keajaiban part 4



Senyum kembali mengembang di wajah kedua gadis manis ini, dan liqo’ pun kembali di lanjutkan. “baik shalihah, kita akan segera sama-sama mendengar jawaban dari ukhti Dewi.” Suasana kembali hening, Dewi menarik nafas cukup dalam dan menghembuskannya perlahan. “bismillahi… ana siap mbak.” Jawab Dewi mantap, yang di sambut ucapan syukur semua peserta liqo’ tak terkecuali dinda. Setelah mereka mengucapkan selamat untuk kedua kalinya, mbak anna mengatakan “baik ukhti, kalau begitu kita segerakan proses ta’aruf anti. Prosesinya akan di langsungkan di rumah ana. Kebetulan ikhwan ini adalah ikhwan bimbingan suami mbak, jadi kita akan melangsungkannya dirumah ana, anti tidak keberatan.?” Tanya mbak anna, meyakinkan. Dewi kembali terdiam, ternyata ikhwan ini adalah ikhwan bimbingan suami mbak anna, ustadz fadhil. Pantas saja jika mbak anna sangat yakin bahwa ikhwan ini tertarbiyah dengan baik. Dan hal ini juga yang membuat dinda lebih tenang, karena yang dinda tahu Rayhan adalah saudara sepupu mbak anna, bukan ikhwan bimbingan ustadz fadhil. “insyaAllah ana siap mbak.” Jawab dewi. “Alhamdulillah, ana jadi bisa segera menyampaikan pada suami mbak.” Ujar mbak anna lega, “loh bukannya tadi, ikhwan itu langsung menghubungi mbak?” Tanya rahma ingin tahu. “tadi suami mbak yang nelphone kebetulan beliau sedang bersama akh ardi, jadi ya mbak bisa langsung bicara dengan beliau.” Jelas mbak anna. “kalau begitu, mbak akan menyiapkan segala sesuatunya, kamis sore ba’da ashar mbak tunggu dirumah.” lanjut mbak anna. “baik mbak,” jawab dewi. Sebenarya ia ingin meminta izin untuk mengajak dinda ikut serta, namun diurungkan. Karena ia merasa tak enak hati, jika hanya mengajak dinda di hadapan akhwat lainnya.
 Setelah mendapat hasil mufakat, liqo’ hari ini ditutup. Para akhwat beranjak mendahului dinda dan dewi juga mbak anna, sebelum mereka berpisah dewi menyempatkan diri ngobrol bertiga bersama mbak anna juga dinda. “afwan mbak, bisa ana bicara sebentar.” Minta dewi. “na’am ukh.” Jawab mbak anna kembali keposisi duduknya. “mbak menurut mbak dan anti ukh, apakah ana harus memberitahukan kepada orangtua ana di desa mengenai hal ini, atau ana menunggu hingga proses ta’aruf selesai di lakukan?” Tanya dewi pada mbak anna dan dinda. Sejenak mereka terdiam tapi tak lama mbak anna memberi jawaban. “menurut mbak, lebih baik anti memberitahu orangtua setelah proses ta’aruf selesai. Bukan bermaksud mengesampingkan orangtua, bukan sama sekali. Tapi kita antisipasi hal-hal yang tidak kita inginkan. Kalau-kalau ternyata anti merasa tidak cocok karena sesuatu dan lain hal. Jadi orangtua anti tidak akan merasa kecewa atau lainnya. Bagaimana menurut anti?” Tanya mbak anna kepada dinda. “ia ukh, ana rasa saran mbak anna benar. Ana setuju dengan mbak.” Jawab dinda. “kalau begitu, bolehkah ana mengajak dinda ikut serta dalam proses ta’aruf itu?” dinda terkejut mendengar permintaan dewi, ia dan mbak anna saling memandang. “begini shalihah, mbak paham dan sangat mengerti kedekatan kalian berdua. Tapi, bagaimana pun ana harus mempertimbangkan perasaan akh ardi, meskipun ikhwan itu tampak cuek tapi mereka akan merasa malu jika ternyata anti merasa tidak cocok dengannya dan itu di ketahui oleh akhwat lainnya. Ana harap antunna mengerti akan hal ini.” Mbak anna berusaha menjelaskan dengan sangat hati-hati. “iya, ukhti. Bukannya ana gak mau nemenin anti. Tapi mbak anna bener, dan anti juga tau kan kamis besok dari pagi sampai ba’da magrib ana ada di unesa ukh. Anti lupa ya?” jawab dinda, berharap dewi tidak kecewa. “astagfirullah,.. kalau begitu ana yang tidak bisa menepati janji sama anti ukh.” Sesal dewi.
Setelah perbincangan yang cukup lama, akhirnya mereka sepakat bahwa dewi akan tetap melangsungkan proses ta’aruf pada hari kamis ba’da ashar di rumah mbak anna. Dan dinda akan tetap ke unesa tanpa di temani dewi, untuk mengikuti perlombaan tentang ekonomi islam. Ya meskipun dinda jurusan manajemen tapi dinda juga aktiv dalam organisasi “kajian ekonomi islam”, dan dinda bersama rekannya rian, dan seorang lagi yang masih belum diketahui akan mewakili universitasnya dalam kegiatan itu. Aneh memang tim yang hanya beranggotakan 3 orang ini, belum pernah berkumpul sekalipun secara lengkap. Dinda hanya sesekali latihan dengan rian, tapi dengan anggota tim satunya dinda sama sekali tak pernah bertemu bahkan tahu namanya saja tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar