Minggu, 30 November 2014

SEBUAH KEAJAIBAN :)



PART 1.
Hadir dan menjadi bagian dari dunia kampus, yang membuat si gadis –sebut aja- Dinda dapat lebih mengerti arti sebuah kehidupan yang sesungguhnya. Merantau ke pulau seberang, dan menjadi mahasiswi fakultas ekonomi prodi manajemen di salah satu universitas negeri yang ada di Surabaya, tak membuatnya terbawa arus. Mahasiswi jebolan salah satu pondok pesantren yang ada di kediri Lombok Barat, NTB ini tak ayal melupakan nilai-nilai yang selama ini ia pelajari. Selain sibuk mengejar prestasi dibidang akademik, ia juga mencari kesibukan yang dapat mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Ya… Dinda memilih jalan panjang dengan begitu banyak krikil tajam dan terjal bebatuan ini, agar tarbiyahnya senantiasa terjaga.
            Namun, virus itu tak dapat ia halau, rasa yang telah lama tak mengusiknya kini hadir begitu saja tanpa ia rencanakan. Seorang pemuda yang ternyata adalah kakak tingkatnya dengan program study Ekonomi Islam semester 5 mengusik perhatiannya. Bukan karena fisik, namun Dinda tertarik pada sosok pemuda ini karena lantunan suaranya saat mengumandangkan adzan dan suaranya saat membaca Al-Qur’an. Sungguh membuat jiwa yang mendengarnya tenang hadir dalam kedamaian dan kesejukkan. Beberapa waktu, Dinda masih dapat menguasai hati dan sama sekali tak berusaha mencari informasi tentang pemuda yang mencuri perhatiannya.
            Ternyata, takdir berkata lain. Allah mempertemukan mereka dalam naungan sebuah organisasi yang sama. Dan hal ini, semakin membuat Dinda bingung dalam menjaga hatinya, Alhamdulillah ia masih dapat mempertahankan rasanya agar hanya ia yang tahu.
            Bulan berganti tahun. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, sudah banyak kegiatan yang melibatkan mereka dalam satu kepanitiaan. Dan membuat Dinda terkadang harus lebih intens berkomunikasi dengan sang ikhwan. Tak terasa Dinda telah masuk semester 4, selama 2 tahun dalam rasa yang tak pernah berkurang sedikitpun. Dan hampir satu tahun terakhir, Dinda tak pernah terlibat pembicaraan lagi dengan pemuda yang ia ketahui namanya –sebut saja- akh Rayhan. Ya sesuai target awal Rayhan, yang Dinda ketahui tanpa sengaja pemuda itu ternyata menargetkan wisuda dalam waktu 3 setengah tahun.
            Maha Suci Allah, bahkan Rayhan berhasil melakukan KKN nasional keluar daerah. Secara otomatis, selama setahun terakhir sangat jarang Dinda mendapat kabar tentang Rayhan. Namun begitu tak membuat Dinda mencari tahu kepada murobbi maupun teman sekelas Rayhan, karena ia tak ingin ada yang mencium tentang rasa yang selama ini ia sembunyikan. “biar aku saja yang menyimpan rasa ini sendiri, jika Allah menakdirkan ia untukku. Aku yakin Allah akan menunjukan jalan yang indah.” Setelah Dinda menginjak semester 5, ia baru mendapat kabar bahwa Rayhan akan segera di wisuda pada bulan juni ini. Sebagai salah satu wisudawan terbaik dengan predikat cum loude. Dinda tak dapat menyembunyikan perasaan bahagianya, namun disisi lain ia juga sangat merasa kehilangan sosok Rayhan. Sosok yang selama ini ia kagumi, bukan hanya karena fisik namun karena kepribadiannya. Dinda yang di kota Surabaya sebagai mahasiswi rantauan, sedikit banyak merasa terbantu dengan adanya Rayhan.
Meskipun mereka berbeda prodi, tapi Rayhan tak keberatan memberi bantuan kepada para adik tingkatnya, ya tidak hanya kepada Dinda. Yang membuat Dinda semakin sedih sekaligus gembira adalah kabar bahwa ternyata Rayhan selepas di wisuda akan segera terbang ke qairo untuk melanjutkan S2nya di universitas Al-Azhar Qairo salah satu universitas impian Dinda, dengan beasiswa yang ia dapatkan. Dan itu artinya, kurang lebih selama 2 tahun ini, ia takkan bertemu dengan Rayhan. Meski berat, Dinda masih tetap berusaha tampak biasa saja. Tidak kaget juga tidak terlalu gembira seperti ikhwan atau akhwat lainnya.
Suatu sore, saat liqo’ murobbi Dinda –sebut aja- mbak Anna menceritakan bahwa ada seorang ikhwan yang meminta kepadanya untuk dicarikan seorang akhwat yang akan diajak ta’aruf. Entah mengapa saat mbak Anna mengatakan bahwa ada seorang ikhwan yang ingin melakukan ta’aruf, seketika jantung Dinda berdebar kencang. Rasanya ia ingin menanyakan siapa ikhwan itu, namun di urungkan. Karena Dinda tahu, mbak Anna takkan mengatakan identitas ikhwan itu kecuali pada akhwat yang serius dan mau melaksanakan ta’aruf. 
Dan tiba-tiba seorang akhwat dari anggota liqo’ Dinda bertanya, “afwan, mbak. Tapi, bukannya kami para akhwat lebih baik menunggu untuk dipilih dan setelah itu memberikan pilihan. Jika kami memilih atau mengajukan pilihan akan lebih sulit untuk kami. Sekiranya, ikhwan tersebut telah menentukan pilihan tafadhol mbak sampaikan agar proses ta’arufnya dapat segera dilaksanakan.” Saran ukhti Nisa. “Baik, shalihah… sebenarnya ikhwan tersebut sudah mengajukan proposalnya untuk salah satu dari antunna.” Ucap mbak Anna, yang membuat jantung Dinda berdetak tak beraturan… “Ya Allah ada apa ini, kenapa jantungku tak mau berhenti berdebar, bahkan aliran darahku begitu kencang kurasa, tanganku mulai bergetar, dan dingin yang ku rasakan di sekujur tubuhku. Ada apa ini Ya Rahman… mengapa seperti ada yang kan pergi dan hilang dariku?” fikiranku menerawang semakin jauh entah kemana. Susana masih hening, dan mbak Anna melanjutkan ucapannya. “awalnya mbak ingin tahu, apakah ada dari antunna yang berniat mengajukan proposal, tapi jika tidak. Ana akan mengatakan siapa akhwat yang dipilih oleh ikhwan tersebut. Dan dia adalah………” #BERSAMBUNG.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar